Senin, 31 Januari 2011

STRATEGIC ASIA TELITI WISATA TORAJA

Media Toraja--Dari berbagai hasil penelitian potensi kepariwisataan, bukan jaminan masyarakat terlepas dari kemiskinan.
Bahkan asumsi sebaliknya, kepariwisataan dan kemiskinan menambah panjang kesenjangan ekonomi.
Hal tersebut diungkapkan director for bussines communication and developmen Strategic Asia, Keit Hargreaves dalam simpulan sementara hasil penelitiannya, di gedung Mulo baru-baru ini.

 Dikatakan, kedatangan wiasatawan ke Toraja belum menjamin perputaran uang akan besar, sebab turis akan lebih banyak menghabiskan waktu di Makassar, sehingga perputaran uang juga akan lebih besar di Makassar.
"Kepariwisataan belum dapat menyentuh kesejahteraan masyarakat, yang semakin sejahtera adalah industri seperti hotel dan sejenisnya. Masyarakat hanya menjadi tontonan," jelasnya.
Menurutnya, Bali sebagai ikon wisata terbesar di Indonesia juga belum bisa menyentuh langsung masyarakatnya.
Pasalnya, sebahagian turis yang datang lebih banyak menghabiskan waktu di kamar hotel. Sehingga uang yang dikeluarkan dipastikan akan lebih besar dihotel.
Kata dia, sebagaimana hasil penelitian dalam kurun 5 tahun terakhir profil kepariwisataan termasuk mengalami perubahan, termasuk pelayanan hingga infrastruktur.
"Kedatangan turis lebih banyak dihotel berbintang atau kecil, dan kunjungan mereka apakah bersifat tourims atau personal? hal tersebut disebakan dari pelayanan," ungkapnya.
Sekretaris of culture and tourism office, Disbudpar Makassar, Yulianus Batara Salah menuturkan, potensi wisata toraja jika dihitung secara kuantitatif, dia tidak akan menjadi perhatian.
Tetapi pada pemberdayaan kulturnya. Sebab Toraja tak bisa dihitung dengan uang dengan jumlah pengjungnya, tetapi dari segi dampak ekonominya.
"Memang wisatawan kita masih paling murah, tetapi secara infrastruktur masih sangat buruk dari pemerintah pusat, padahal kita ketahui tourism adalah penikmat infrastruktur," tandasnya.
()

Tidak ada komentar:

Posting Komentar